Alda dan Uang
Dua Ratus Rupiah
Alda melempar dua keping uang receh Rp.200,00 kembalian belanja ke lantai.Uang itupun menggelinding entah kemana.Biasanya mama yang telaten mengumpulkan uang receh yang berserakan.Recehan itu lalu disimpannya di dalam sebuah kaleng.
Makin hari,uang receh itupun semakin banyak.Kalau ada pengemis atau pengamen,mama mengambil recehan dari kaleng itu.Bahkan kadang setahu mama,Alda juga mengambilnya buat jajan.Meski begitu,Alda tetap tak mau merubah kebiasaannya membuang recehan.
Berkali-kali mama menasehatinya, namun Alda tetap tidak mau merubah.Setiap kali ada sisa uang receh, ia melemparnya seenaknya.”Alda!Sudah berapa kali mama bilang!Jangan membuang-buang receh!Tidak baik!”Tegur mama.
“Cuma uang dua ratus rupiah,ma!mana laku buat jajan,”jawab Alda tidak mau kalah.
“Meski Cuma dua ratus rupiah,kalau jumlahnya ada lima keping,jadi seribu rupiah.Uang seribu rupiah bias buat beli kebutuhan dapur,”Jawab mama.
“Ukh,mama pelit.”Alda cemberut.
“Bukan pelit,Alda,Suatu saat nanti,kamu pasti akan membutuhkan uang receh.Kemarin mama lihat,kamu juga mengambil uang receh di kaleng untuk jajan,kan.”lanjut mama.
Alda diam.Apa yang dikatakan mama memang benar.Ia sudah berkali-kali mengambil uang receh dari kaleng buat jajan.Padahal uang itu dikumpulkan mama dari lantai atau kolong meja.
“Ya sudah, mulai sekarang Alda tidak akan mengambil uang dari kaleng lagi!”jawabnya emosi.Mama Cuma geleng-geleng kepala melihat anak semata wayangnya yang keras kepala.
“Maksud mama bukan begitu.Mama Cuma ingin kamu bisa menghargai uang.Kelak,kalau kamu sudah bekerja,kamu bisa merasakan betapa susahnya mencari uang meski.Cuma dua ratus rupiah,”nasihat mama.Alda tidak berkomentar apa-apa.Ia lalu masuk ke kamarnya dengan wajah cemberut.
Esok harinya, sepulang sekolah,Alda menghampiri mamanya.
“Ma,besok Anggi ulang tahun.Minta uang buat beli kado, ya ma.Anggi,kan sahabat dekat Alda ma!”rengeknya
‘Boleh,tapi mama cuma kasih dua puluh ribu.Kamu boleh beli apa saja dengan uang itu.Jangan lebih tapi boleh kurang,”kata mama tegas.
Alda setuju.Setelah menerima selembar uang dua puluh ribu dari mama,Alda pergi ke mal bersama teman-temannya.
Mereka menjelajahi seluruh konter yang ada di mal.Mulai dari perlengkapan sekolah,buku cerita’hingga mainan.Mata Alda akhirnya tertuju pada sebuah boneka kain yang cantik.Alda yakin Anggi akan sangat menyukai boneka itu.Harganya juga tidak terlalu mahal, hanya berkisar dua puluh ribu.
Akan tetapi, tiba-tiba mata Alda melotot saat melihat angka dua ratus di belakang angka dua puluh ribu.Artinya,harga boneka itu Rp.20.200,00Uang Alda kurang dua ratus rupiah.Alda mulai bingung.Apalagi setelah tahu,teman-temannya pun ternyata tidak punya uang recehan.
“Mbak,memangnya harga bonekaini tidak boleh kurang ya?”Tanya Alda pada salah seorang penjaga toko.Penjaga toko itu tersenyum mendengar pertanyaan Alda.
“Maaf dik,semua harga di toko ini tidak boleh kurang.Ini harga Pas,”jawabnya.
“Tapi uang saya cuma dua puluh ribu,Mbak . . .”Alda memelas,berharap bisa mendapat potongan harga meski cuma dua ratus rupiah.
“Kalau begitu,Adik bisa cari boneka lain yang harganya sesuai dengan uang adik,”saran penjaga toko.
Alda cemberut. Ia benar-benar kecewa.Ia sudah terlanjur cocok dengan boneka itu. Rasanya tidak mungkin ia memilih boneka lain.Sayang,Cuma gara-gara uang dua ratus rupiah,ia tidak bisa mendapatkan boneka itu
Akhirnya,Alda pulang dengan perasaan jengkel,sedih, dan marah.Ia pulang dengan tangan hampa.Tiba-tiba, ia teringat dua keping uang recehyang ia lempar di lantai beberapa hari lalu.Andai waktu itu ia menyimpannya, pasti sekarang ia sudah memiliki boneka tadi.
Alda menyesal tidak mendengarkan nasehat Mama. Sialnya lagi, setelah buru-buru mengambil uang receh di kaleng dan kembali ke mal, boneka itu sudah tidak ada lagi di konter.Lengkap sudah kekecewaan Alda.
By : Etsha Ari K.D. VI a